Kamis, 08 Desember 2016

Masuk Siklus 10 Tahun, Kembali Krisis?

Siklus ekonomi adalah periode yang terulang secara teratur dalam pengembangan sebuah pasar perekonomian. Keseluruhan trend dari pertumbuhan ekonomi disertai dengan adanya fluktuasi secara periodik dalam aktivitas perekonomian, seperti : kemunduran dan perluasan yang terjadi secara berubah ubah pada produksi, investasi, peningkatan dan penurunan pada tingkat pendapatan, ketenagakerjaan, harga-harga, suku bunga dan rate pada sekuritas. Siklus aktivitas ekonomi meliputi 4 fase. Berikut ini penjelasan mengenai 4 fase tersebut :
Ekspansi
Setelah mencapai titik terendah pada sebuah siklus ada sebuah fase pemulihan, yang ditandai dengan adanya pertumbuhan lapangan kerja dan produksi. Tahapan ini memiliki tingkat inflasi yang rendah hingga perekonomian mulai beroperasi pada kapasitas penuh atau, dengan kata lain hingga perekonomian mencapai tahapan peak.
Peak / Puncak
Sebuah peak, atau puncak dari siklus bisnis, adalah titik tertinggi pada suatu pemulihan perekonomian. Pada titik ini, pengangguran mencapai titik terendah atau bahkan tidak ada sama sekali dan perekonomian berjalan dengan muatan maksimal (atau hampir), dimana seluruh modal dan sumber daya tenaga kerja pada negara tersebut terlibat dalam produksi.
Resesi
`Resesi adalah suatu periode pengurangan output dan aktivitas bisnis. Sebagai akibat dari pasar yang mengalami penurunan, yang biasanya ditandai dengan meningkatnya pengangguran. Kebanyakan ekonom mempercayai bahwa kemerosotan perekonomian atau resesi hanyalah sebuah penurunan dalam aktivitas bisnis, yang berlangsung setidaknya selama 6 bulan.
Bottom
Bottom pada siklus perekonomian adalah titik terendah pada produksi dan ketenagakerjaan. Tingkat/tahapan bottom memprediksikan bahwa akhir dari resesi pada tahapan pada siklus ini tidaklah lama. Namun sejarah mengetahui dan memprotes aturan ini. Depresi terbesar pada tahun 1930 bertahan hingga hampir 10 tahun lamanya.

Long Cycle adalah siklus perekonomian dengan jangka waktu lebih dari 10 tahun.
Aktivitas siklus perekonomian bervariasi dan berbeda-beda durasinya, yaitu durasi pada fase individual, ketinggian maksimal dan kedalaman maksimal. Saat ini, meredakan fluktuasi siklus dan aktivitas bisnis menjadi perhatian, sehingga jarak antara krisis satu dengan yang berikutnya menjadi lebih lama, tingkat kedalaman dan kekuatan destruktifnya pun menjadi lebih berkurang. Kebanyakan, suatu krisis digantikan oleh resesi-dalam bentuk yang lebih ringan.
Meskipun ada anggapan bahwa perubahan dalam kegiatan bisnis secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan siklus ekonomi, namun juga ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi ekonomi. Yang paling penting diantara faktor-faktor tersebut adalah fluktuasi musiman, dan trend jangka panjang.
Pengaruh dari variasi-variasi musiman dapat diamati pada waktu-waktu tertentu dalam satu tahun. Pada perdagangan retai terjadi peningkatan yang dramatis. Pada industri lain, seperti agrikultur, konstruksi dan industri mobil, juga ada variasi-variasi musiman.
Siklus perekonomian dipahami sebagai rangkaian kondisi ekonomi dalam horison waktu (time horizon) pertumbuhan (dalam ukuran pertumbuhan PDB : Produk Domestik Bruto atau GDP : Gross Domestic Product) yang mencakup kondisi Puncak (Peak), Resesi (Recession), Palung (Trough), dan Pemulihan (Recovery).
Di tengah ekonomi yang melesu, dan indeks saham yang terempas, mulai merebak kekhawatiran bahwa Indonesia di era Jokowi sedang memasuki lingkaran resesi ekonomi, Secara sederhana, resesi ekonomi adalah bagian dari siklus ekonomi yang berada pada periode di mana pertumbuhan ekonomi merosot, ekonomi mengalami kontraksi.
Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional (Perbanas) terus mewaspadai segala macam sentimen global yang mampu memicu terjadinya krisis ekonomi di dalam negeri. Krisis ekonomi yang cukup besar sendiri pernah menerjang Indonesia pada 1998 dan 2008.
Ketua Perbanas Sigit Pramono pun meminta kepada pemerintah dan segala elemen pelaku industri keuangan untuk waspada terhadap krisis yang mungkin bisa terjadi. Jika berkaca dari pengalaman, krisis keuangan atau krisis finansial bisa terjadi dalam beberapa tahun ke depan. Jika krisis besar yang menghantam Indonesia pernah terjadi pada 1998 dan 2008, maka siklus yang terekam adalah 10 tahunan.

Namun,Sigit mengaku Indonesia saat ini lebih siap menghadapi krisis mengingat sudahdisahkannya Undang-Undang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan (PPKSK).‎ Dengan UU ini, minimal krisis bisa diantisipasi, meski skala ketahanan UU tersebut belum teruji.
"Kalau kita katakan sedia payung sebelum hujan, kita sekarang sudah punya payung. Tapi apakah payung ini cukup untuk kedepannya, kita tidak tahu. Kalau lihat siklus 1998 dan 2008, tampaknya sikus itu 10 tahunan. Saya tidak tahu apakah 2018 bangsa ini akan dapat ujian‎ lagi," kata Sigit di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Rabu (18/5/2016).
Menurut Sigit, beberapa sentimen global saat ini perlu terus diwaspadai, meski dirinya yakin tingkat permodalan perbankan di Indonesia jauh lebih baik jika dibandingkan ketika krisis 1998 dan 2008.

Sentimen diantaranya berasal dari US dimana rencana kenaikan suku bunga The Fed mampu mempengaruhi kondisi likuiditas di negara-negara berkembang. Selain itu perlambatan ekonomi yang dialami Tiongkok juga patut diperhatikan.

‎"Krisis yang timbul itu tidak dari dalam negeri, semua dari luar negeri. Saya kira semua tetap perlu waspadai perkembangan ekonomi dunia," tegas Sigit.

Untuk itu, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang beranggotakan Menteri Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
, diharapkan Sigit utuk tetap bekerja meskipun saat ini tidak terjadi krisis.
Jadi, seperti yang diketahui.. Apakah Indonesai akan kembali krisis pada tahun 2018?? Ataukah keadaaan akan berbalik?? Ini masih sebuah misteri..




Author : Alfiqri Mawaddah Adi Nugraha

0 komentar:

Posting Komentar