Selasa, 07 Februari 2017

Kok BUMI bisa masuk LQ45 dengan modal negatif?

      Sebelum kita ke permasalahan inti, mari kita lihat pengertian indeks LQ45, dan kriteria apa saja yang bisa masuk indek LQ45.
indeks LQ45 adalah nilai kapitalisasi pasar dari 45 saham yang paling likuid dan memiliki nilai kapitalisasi yang besar itu merupakan indikator likuidasi. Indeks LQ45 terpilih berdasarkan likuidasi perdagangan saham yang disesuaikan setiap 6 bulan (setiap awal februari dan agustus). Dengan demikian 45 saham yang terdapat didalam LQ45 tersebut akan selalu berubah.
Tujuan adanya LQ45 adalah sebagai pelengkap IHSG, khususnya menyediakan sarana yang obyektif dan terpercaya bagi analis keuangan, manager investasi, investor dan pemerhati pasar modal lainnya dalam memonitorin pergerakan harga dari saham-saham yang aktif diperdagangkan.
Kriteria pemilihan saham yang masuk di LQ45
Sejak diluncurkan pada bulan Februari 1997 ukuran utama likuiditas transaksi adalah nilai transaksi di pasar reguler. Sesuai dengan perkembangan pasar, dan untuk lebih mempertajam kriteria likuiditas, maka sejak review bulan Januari 2005, jumlah hari perdagangan dan frekuensi transaksi dimasukkan sebagai ukuran likuiditas. Sehingga kriteria suatu saham untuk dapat masuk dalam perhitungan indeks LQ45 adalah sebagai berikut:
·   Telah tercatat di BEI minimal 3 bulan
·   Masuk dalam 60 saham berdasarkan nilai transaksi di pasar reguler
·   Dari 60 saham tersebut, 30 saham dengan nilai transaksi terbesar secara otomatis akan masuk dalam perhitungan indeks LQ45

Untuk mendapatkan 45 saham akan dipilih 15 saham lagi dengan menggunakan kriteria Hari Transaksi di Pasar Reguler, Frekuensi Transaksi di Pasar Reguler dan Kapitalisasi Pasar. Metode pemilihan 15 saham tersebut adalah:

·    Dari 30 sisanya, dipilih 25 saham berdasarkan Hari Transaksi di Pasar Reguler.
·    Dari 25 saham tersebut akan dipilih 20 saham berdasarkan Frekuensi Transaksi di Pasar Reguler
·    Dari 20 saham tersebut akan dipilih 15 saham berdasarkan Kapitalisasi Pasar, sehingga akan didapat 45 saham untuk perhitungan indeks LQ45

Selain melihat kriteria likuiditas dan kapitalisasi pasar tersebut di atas, akan dilihat juga keadaan keuangan dan prospek pertumbuhan perusahaan tersebut.


Dari penjabaran diatas untuk masuk saham LQ45 tidak harus dengan fundamental yang bagus. Bisa dilihat dari frekuensi transaksi dan kapitalisasi pasar, lalu bagaimana frekuensi transaksi dan kapitalisasi pasar BUMI?
Dalam 4 bulan terakhir, transaksi saham BUMI mencapai Rp22,07 triliun. Nilai ini hanya kalah dari saham TLKM yang notabene memang saham dengan kapitalisasi besar. Namun, nilai transaksi saham BUMI ternyata mampu mengalahkan saham dengan kapitalisasi besar lainnya seperti HMSP, GGRM, UNVR, dan BBCA. Maka dari itu, tak heran apabila Bursa memasukkan BUMI sebagai anggota LQ45 untuk periode 6 bulan ke depan mengingat lonjakan transaksi tersebut membuat nilai kapitalisasi BUMI semakin membesar dan likuiditas semakin tebal.

Sebagai catatan, per 27 Januari 2017, market cap BUMI sebesar Rp17,58 triliun. Angka tersebut jauh di bawah market cap TLKM sebesar Rp393,12 triliun, HMSP sebesar Rp461,78 triliun dan BBCA Rp337,72 triliun.
Grafik : Perbandingan Transaksi BUMI Dengan Saham Bluechip Okt 2016 – Jan 2017 (Rp Triliun)

Sumber : Bareksa.com

        Hingga kuartal III 2016, BUMI masih berkutat dengan posisi modal (equity) yang negatif sebesar US$2,85 miliar. Hal tersebut menggambarkan bahwa sepanjang 9 bulan di tahun 2016, perusahaan menjalankan kegiatan operasional harus bergantung dengan utang yang bahkan lebih tinggi dari total aset yang dimiliki. Keadaan ini tentu mempunyai risiko yang lebih tinggi bagi investor terlepas perusahaan tersebut akan menghasilkan laba atau tidak dalam operasionalnya.
Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia, Tito Sulistio, mengungkapkan saham yang masuk LQ45 merupakan merupakan saham-saham yang paling likuid dan paling dipercaya di bursa. Artinya, saham-saham itu mudah diperjualbelikan tanpa harus melihat bagaimana posisi keuangannya. “Kita kan bicara soal likuiditas, dan juga potensi,” katanya di Jakarta, Kamis 26 Januari 2016.
Setelah berhasilnya konversi hutang menjadi saham dan restrukturisasi, saham BUMI jauh lebih baik dari segi fundamentalnya. Selain itu faktor naiknya harga batubara dunia membuat saham-saham di sektor pertambangan yang membuat saham BUMI menjadi lebih menarik dimata pelaku pasar modal.

Writen By : Eko Slamet Prabowo


Sumber :
Bareksa.com
juruscuan.com




0 komentar:

Posting Komentar